Anas Urbaningrum Seorang Blogger


Anas Urbaningrum tersenyum menyambut Andi Mallarangeng. Keduanya bersalaman, lalu berpelukan sambil menempelkan pipi. Andi tertawa lebar.

Inilah dua dari tiga calon ketua umum Partai Demokrat. Rabu (19/5) itu, di Wisma Nusantara Jakarta Pusat, keduanya berpapasan saat hendak diwawancara terpisah dalam sebuah acara di satu stasiun teve. Akhir pekan ini, Anas (Ketua Fraksi Demokrat di DPR), Andi (Menteri Pemuda dan Olahraga) dan Marzuki Ali (Ketua DPR) akan bertarung di Kongres II Partai Demokrat di Bandung.

Marzuki adalah yang tertua di antara tiga calon bos partai terbesar ini. Usianya 54 tahun. Andi kini 47 tahun, sementara Anas akan berusia 41 pada Juli nanti.

Para calon muda, yaitu Andi dan Anas, sama-sama tercantum di Wikipedia. Tapi hanya si calon termuda, Anas, yang nongol di Twitter dan menulis sejumlah konten blog. Yahoo! Indonesia menemui Anas untuk berbincang-bincang. Ini petikannya.

Yahoo! Indonesia: Sebentar lagi Kongres Partai Demokrat memilih ketua umum. Seberapa besar dukungan terhadap Anda?

Anas Urbaningrum: Melihat acara silaturrahim, kehadiran mereka (pengurus cabang-cabang Partai Demokrat) boleh dibilang tulus dan sukarela. Jika bisa dijaga baik, saya kira dukungan sudah lebih 70 persen. Jadi, sebetulnya, agenda sekarang tinggal menjaga (dukungan itu).

Y!: Putra SBY, Edhie Baskoro, mendukung Andi Mallarangeng.

AU: Itu bagian kompetisi demokratik. Isu utamanya sebenarnya bagaimana memajukan Partai Demokrat. Pilihan Mas Ibas adalah sikap politik yang demokratis yang harus dihargai. Sama juga dengan kader yang lain. Lumrah saja.

Y!: SBY dipersepsikan dominan di Demokrat. Artinya Anda tak didukung presiden?

AU: Sebelum deklarasi, saya sudah sowan ke Pak SBY, boleh dikatakan sebagai mohon izin, mohon doa restu. Beliau memberi izin, mempersilakan maju berkompetisi. Arahan beliau, agar berkompetisi dengan sehat, dewasa, tidak serang-menyerang, tidak kampanye hitam.

Y!: Ketua umum partai itu ngapain sih?

AU: Ketua umum, juga jajaran pengurus, adalah pelaksana manifesto politik dan kebijakan partai yang ditetapkan kongres.

Di lapangan, dibutuhkan kreativitas dan inisiatif (ketua umum) yang membuat partai menjadi lebih hidup, dinamis, lebih komunikatif dengan publik. Salah satu segmen penting tentu segmen anak-anak muda. Komunikasi di segmen ini harus lebih luwes, rileks, substantif, atraktif, tidak ketinggalan isu-isu baru.

Y!: Itukah makanya Anda aktif lagi di Twitter, setelah sempat vakum? Itu benar Anda atau staf lain?

AU: Saya tak punya staf. Twitter saya isi sendiri. Masalahnya adalah membagi waktu dan kesempatan. Twitter, Facebook, dan lainnya, adalah sarana komunikasi yang efektif. Saya juga minta maaf bila tak sempat melihat permintaan berteman di Facebook yang sudah 30 ribu lebih. Jumlah teman saya sudah lima ribu. Sepertinya harus buka fan page saja…

Y!: Kenal internet sejak kapan?

AU: Belum lama, sekitar tujuh tahun terakhir. Email pertama saya di sebuah lembaga, sebelum saya bertugas di Komisi Pemilihan Umum. Saya punya dua email Yahoo! yang saya gunakan lima tahun terakhir ini. (Anas mempersilakan alamat emailnya dipublikasikan: urbaningrum@yahoo.com)

Di internet, saya mengikuti perkembangan berita, browsing. Itu sudah seperti memberi garam ke sayur. Akhirnya jadi tradisi keluarga. Anak-anak saya sudah sangat familiar dengan internet.

Y!: Indonesia cukup bebas dalam hal akses di internet. Sejauh apa kebebasan ini bisa dinikmati?

Anas Urbaningrum dan Syarief Hasan

Sekretaris Sekretariat Gabungan Partai Koalisi, Syarif Hasan, bercanda dengan Anas sebelum rapat koordinasi (14/5). (Antara/Fanny Octavianus)

AU: Menurut saya, setiap bangsa harus punya strategi kebudayaan. Kalau kita punya, maka panduan teknis memudahkan mengantisipasi dampak kurang baik. Kebebasan mengakses di internet tidak bisa ditiadakan. Tapi pemerintah harus mengatur sesuai strategi kebudayaan itu, mana yang kontributif dan mana yang destruktif. Yang destruktif harus direstriksi.

Ini bukan merusak kebebasan, tapi pilihan untuk mengambil jalan yang baik. Mengatur bukan mematikan kebebasan. Kalau tidak diatur, satu isu saja: pornografi, saya kira akan merusak generasi baru yang makin familiar dengan internet. Yang dibaca bukan ilmu, teknologi, informasi, tapi menjadi porno-minded. Bahaya.

Y!: Di rumah, bagaimana melindungi anak-anak Anda dari konten berbahaya di internet?

AU: Anak-anak dikontrol, diajarkan apa yang boleh dan tidak. Diblokir juga, tapi ini urusan istri saya yang lebih canggih soal ini. Kami juga selalu melacak jejak alamat situs yang sudah mereka kunjungi.

Y!: Apakah Anda juga kerap menerima pesan sampah atau tawaran produk langsung ke telepon seluler?

AU: Tiap hari. Dari layanan kartu kredit, keanggotaan hotel, paling sering adalah tawaran investasi. Padahal, entah apa yang mau diinvestasikan.

Nomor hape sepertinya sudah kehilangan privasi.

Saya pikir, dibutuhkan aturan yang makin baik dan lengkap soal hal-hal seperti ini. Ke depan makin kompleks, cara-cara baru makin canggih. Privasi dan etika harus menjadi bagian penting, lalu diterjemahkan menjadi aturan.

Y!: Bicara soal aturan, saat ini ada rancangan peraturan menteri soal konten di internet. Rencananya ada tim yang menyeleksi konten, termasuk konten yang dibuat orang Indonesia sendiri.

AU: Isu nasionalisme penting, termasuk dalam hal konten di internet. Trauma terhadap masa lalu (Orde Baru) makin tak relevan. Hampir mustahil pemerintah mengambil jalan atau cara memperlakukan publik seperti Orde Baru. Lingkungannya saja tak mungkin. Tentu, pemerintah perlu meyakinkan bahwa ini (RPM Konten) bukan dalam rangka kembali ke gaya yang lama, bukan mematikan, bukan membatasi, tapi meregulasi.

Saya punya garis pikiran: pengaturan untuk hal yang baik harus dilakukan. Tugas pemerintah itu. Kalau tidak dijalankan, pemerintah kehilangan fungsinya. ‘Baik’ itu didefinisikan bersama, sehingga pemerintah tak dicurigai.

Y!: Apakah Anda tahu tentang Pesta Blogger?

AU: Saya ingin datang nanti. Kita (=Anas) ini komunitas blogger juga! Dulu, waktu zaman Soekarno, kan pakai surat-menyurat. Sekarang, zamannya beda.

Saya punya blog di http://blog.bunganas.com. Itu isinya dari saya sendiri. Saya juga mulai posting di Politikana.com, ingin mencoba menulis yang lebih ringan. ID saya di situ: urbaningrum. Baru satu posting. Dari sekian banyak komentar, hal yang bagus adalah: yang mengingatkan (saya) makin banyak. Tapi, konsekuensinya itu dimaki-maki, ya. Dibilang lambat, sombong, tak direspon. Haduh.

Saya masih belajar (membalas komentar dengan efisien). Me-review komentar saja masih dicetak dulu, baru dibaca satu-satu. (yahoo)

No response to “Anas Urbaningrum Seorang Blogger”

Leave a reply

Silahkan Berkomentar Karena Blog Ini Adalah DOFOLLOW

"YOU COMMENT, I FOLLOW"

 
Terima Kasih !